Saat si bungsu memberitahu bahwa dia ingin menikah dengan pilihan hatinya, seorang Warga Negara Jepang, saya sudah membayangkan bagaimana ribetnya. Pengurusan dokumen nya saja memakan waktu nyaris tiga minggu. Akhirnya karena kesibukan kedua calon mempelai, diputuskan untuk melakukan akad nikah di Tokyo.
Selanjutnya di Indonesia tinggal diadakan acara syukuran, dengan demikian diharapkan masalah sudah jauh berkurang. Tenyata ibu pengantin laki-laki vegetarian, dan mengingat pengalaman anaknya (saat itu belum menjadi suami si bungsu) pernah pingsan dan dibawa ke rumah sakit setelah makan sate di blok M, saya nggak berani main-main. Jadilah saya menyiapkan rice cooker, beras Jepang, dan stock makanan Jepang yang siap di masak. Kami memesan kamar di S Apartement, yang kamarnya dilengkapi dengan dapur mini, dan microwave.
Lanjutkan membaca “Jika besan beda bangsa”